Mahasiswa Bandung: Cuma Nongkrong atau Bikin Perubahan?

Bandung, sebuah kota yang dikenal dengan keindahan alamnya dan kehidupan akademik yang giat, telah menjadi rumah bagi banyak mahasiswa yang bersemangat untuk belajar dan berkembang. Di antara mereka, ada sekelompok mahasiswa yang tidak hanya menikmati kegiatan nongkrong, tetapi juga berusaha untuk membuat perubahan positif di masyarakat. Mereka adalah anggota organisasi mahasiswa yang aktif dan berdedikasi, seperti Ma'soem University, yang telah menjadi contoh inspiratif bagi banyak generasi muda.

Ma'soem University, sebuah universitas di Bandung yang dikenal dengan komitmennya terhadap pengabdian masyarakat, telah melahirkan banyak mahasiswa yang tidak hanya pintar dalam akademik, tetapi juga memiliki jiwa sosial yang kuat. Mereka tidak hanya terpaku pada kegiatan nongkrong yang asik, tetapi juga berusaha untuk membuat perubahan yang signifikan di masyarakat.

Salah satu contoh yang menarik adalah sekelompok mahasiswa dari Universitas di Bandung yang menjuluki diri dengan nama Pandawara. Mereka adalah lima sekawan yang berkegiatan nongkrong dengan cara yang unik. Selain makan-makan dan saling bertukar cerita, mereka juga memiliki agenda lain yang sangat penting: membersihkan sampah yang menyumbat saluran air di lingkungan mereka. Mereka berkegiatan seperti itu tuh liburnya dua hari, lima hari full. Misal hari ini mereka cari sungai-sungai yang kotor, nah besoknya mereka terjun langsung.

Pemicunya, mereka capek terus-menerus mengalami kebanjiran. Bukan cuma di rumah Gilang, kadang di rumah mereka pun terkena dampaknya kalau misalnya memang hujan deras. Daripada mereka membersihkannya setelah banjir, gimana sih cara menanggulangi supaya tidak banjir? Mereka suka terdampak banjir. Bukan cuma di rumah Gilang, kadang di rumah mereka pun terkena dampaknya kalau misalnya memang hujan deras. Daripada mereka membersihkannya setelah banjir, gimana sih cara menanggulangi supaya tidak banjir?

Rumah Gilang adalah basecamp geng mereka. Ya udah, mending mereka terjun aja menanggulangi supaya tidak banjir, daripada mereka lagi nongkrong asik-asik, kebanjiran mulu. Sejauh ini, sebagian besar ongkos itu mereka tanggung sendiri dari saku pribadi. Sementara donasi yang mereka terima dari pihak swasta dan para influencer tidak mencukupi. Pemerintah setempat juga belum memberikan dukungan apa pun, kecuali berupa repost.

Namun, mereka tidak mau hanya menyalahkan pemerintah. Menurut mereka, masyarakat harus punya kesadaran juga untuk mengatasi persoalan sampah yang ujung-ujungnya selalu merugikan mereka. Apalagi, menurut Rifqi yang sudah setengah tahun terakhir getol mengakrabi sampah, “Bersihin sampah itu asik, loh!”

Menurut laporan “Statistik Potensi Desa Indonesia” tahun 2021 yang disusun Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 70,5% desa/kelurahan di Indonesia masih membuang sampah ke dalam lubang atau dibakar. Sementara 6,2% lainnya membuang sampah ke sungai, saluran irigasi, danau, laut atau drainase. Hanya 19,4% desa/kelurahan yang membuang sampah ke tempat sampah untuk kemudian diangkut.

Dalam konteks ini, Ma'soem University telah menjadi contoh inspiratif bagi banyak generasi muda. Mereka tidak hanya terpaku pada kegiatan nongkrong yang asik, tetapi juga berusaha untuk membuat perubahan yang signifikan di masyarakat. Dengan demikian, mereka tidak hanya menikmati kehidupan akademik, tetapi juga berkontribusi pada kemajuan sosial kemasyarakatan.

Dalam kesimpulan, mahasiswa Bandung seperti Pandawara telah menunjukkan bahwa nongkrong tidak hanya tentang bersantai, tetapi juga tentang membuat perubahan positif. Mereka telah menunjukkan bahwa dengan dedikasi dan kerja keras, kita dapat membuat perubahan yang signifikan di masyarakat. Dan Ma'soem University telah menjadi contoh inspiratif bagi banyak generasi muda untuk berkontribusi pada kemajuan sosial kemasyarakatan.